Selasa, 05 April 2016

Brandal Loka Jaya (Sejarah dari K.Sunan Kalijaga)








Brandal Loka Jaya (Sejarah dari K.Sunan Kalijaga)
Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat Perdagangan arab, dll yang sedang menyebarkan Agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan kisah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Bupati Tuban VIII Raden Tumenggung Haryo Wilotikto.



Sunan Kalijaga dikenal sebagai Brandal Loka Jaya, karena sebelum jadi Wali Sunan Kalijaga adalah brandal (preman) yang suka mencuri hasil kekayaan Kadipaten Tuban. Namun, hasil curian tersebut untuk para Fakir Miskin. Lama-kelamaan, perbuatan tersebut diketahui oleh ayah Sunan Kalijaga dan diusir dari Kadipaten Tuban. Dalam pengasingannya, Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) bertemu dengan Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki Tongkat emas yang membuat Raden Syahid menjadi ingin memiliki tongkat tersebut. Sesaat kemudian, Sunan Kalijaga merebut tongkat emas dan Sunan Bonang jatuh tersungkur. Sunan Bonang menangis dan Sunan Kalijaga merasa iba. Akhirnya Sunan Kalijaga mengembalikan Tongkat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga bertanya bagian mana yang membuat beliau kesakitan. Namun, Sunan Bonang menangis bukan karena kesakitan, tapi beliau menangis karena memutuskan rumput dan beliau berkata bahwa beliau merasa kasihan karena rumput yang tidak bersalah harus mati tercabut karena kesalahan beliau. Sesaat kemudian, beliau menancapkan Tongkat di Pesisir dan menyemburkan air. Tempat tersebut dinamai Sumur Srumbung. Setelah itu, Sunan Bonang menunjukkan Buah Aren yang berwarna emas. Raden Syahidpun tergoda dan memanjat pohon aren tersebut, tapi sebuah aren menimpa kepala beliau dan beliaupun pingsan. Setelah sadar, Raden Syahid diajak Sunan Bonang menuju Sungai di daerah Sekardadi Kecamatan Jenu. Di sana, beliau menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan pada sebuah batu. Anehnya, beliau tertidur selama 2 tahun. setelah sadar, Raden Syahid diberi pakaian dhalang oleh Sunan Bonang dan di Juluki Sunan Kalijaga, maksudnya Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai, dan Jaga dimaksudkan karena sudah menjaga tongkat Sunan Bonang.

dikatakan dalam riwayat, bahwa dalam perkawinannya dengan Dewi Saroh Binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga juga memperoleh 3 orang putera, masing-masing : .R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.

Diantara para Wali Sembilan, beliau terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, seorang pemimpin, mubaligh, pujangga dan filosofi. daerah operasinya tidak terbatas, oleh karena itu beliau adalah terhitung seorang mubaligh keliling (reizendle mubaligh). jikalau beliau bertabligh, senantiasa diikuti oleh pada kaum ningrat dan sarjana.

Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau. karena caranya beliau menyiarkan agama islam yang disesuaikan dengan aliran jaman, Sunan Kalijaga adalah adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan berpandangan jauh serta berperasaan dalam. Semasa hidupnya, sunan kalijaga terhitung seorang wali yang ternama serta disegani beliau terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengaran cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan, dalam cerita-cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an,. hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau tegasnya Syiwa Budha, ataupun dengan kata lain, masyarakat masih memagang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.

Diantaranya masih suka kepada pertunjukan wayang, gemar kepada gamelan dan beberapa cabang kesenian lainnya, sebab-sebab inilah yang mendorong Sunan Kalijaga sebagai salah seorang mubaligh untuk memeras otak, mengatur siasat, yaitu menempuh jalan mengawinkan adat istiadat lama dengan ajaran-ajaran Islam assimilasi kebudayaan, jalan dan cara mana adalah berdasarkan atas kebijaksanaan para wali sembilan dalam mengambangkan Agama Islam di sini.

Sunan Kalijaga, namanya hingga kini masih tetap harum serta dikenang oleh seluruh lapisan masyrakat dari yang atas sampai yang bawah. hal ini adalah merupakan suatu bukti, bahwa beliau itu benar-benar manusia besar jiwanya, dan besar pula jasanya. sebagai pujangga, telah banyak mengarang berbagai cerita yang mengandung filsafat serta berjiwa agama, seni lukis yang bernafaskan Islam, seni suara yang berjiwakan tauhid. disamping itu pula beliau berjasa pula bagi perkembangan dari kehidupan wayang kulit yang ada sekarang ini.

Sunan Kalijaga adalah pengarang dari kitab-kitab cerita-cerita wayang yang dramatis serta diberi jiwa agama, banyak cerita-cerita yang dibuatnya yang isinya menggambarkan ethik ke-Islam-an, kesusilaan dalam hidup sepanjang tuntunan dan ajaran Islam , hanya diselipkan ke dalam cerita kewayangan. oleh karena Sunan Kalijaga mengetahui, bahwa pada waktu itu keadaan masyarakat menghendaki yang sedemikian, maka taktik perjuangan beliaupun disesuaikannya pula dengan keadaan ruang dan waktu.

Berhubung pada waktu itu sedikit para pemeluk agama syiwa budha yang fanatik terhadap ajaran agamanya, maka akan berbahaya sekali kiranya apabila dalam memperkembangkan agama islam selanjutnya tidak dilakukan dengan cara yang bijaksana. para wali termasuk didalamnya Sunan Kalijaga mengetahui bahwa rakyat dari kerajaan Majapahit masih lekat sekali kepada kesenian dan kebudayaan mereka, diantaranya masih gemar kepada gemalan dan keramaian-keramaian yang bersifat keagamaan Syiwa-Budha.

Maka setelah diadakan permusyawaratan para wali, dapat diketemukan suatu cara yang lebih supel, dengan maksud untuk meng-Islam-kan orang-orang yang belum masuk Islam. cara itu diketemukan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang yang terkenal berjiwa besar, dan berpandangan jauh,berfikiran tajam, serta berasal dari suku jawa asli. disamping itu beliau juga ahli seni dan faham pula akan gamelan serta gending-gending (lagu-lagunya).

Maka dipesanlah oleh Sunan Kalijaga kepada ahli gamelan untuk membuatkan serancak gamelan, yang kemudian diberinya nama kyai sekati. hal itu adalah dimaksudkan untuk memperkembangkan Agama Islam.

Menurut adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudan konperensi besar para wali, diserambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana (Bhs. Jawa Terbangan) menurut irama seni arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian disesuaikan dengan alam fikiran masyarakat jawa. maka gamelan yang telah dipesan itupun ditempatkan diatas pagengan yaitu sebuah tarub yang tempatnya di depan halaman Masjid Demak, dengan dihiasai beraneka macam bungan-bungaan yang indah. gapura mashidpun dihiasinya pula, sehingga banyaklah rakyat yang tertarik untuk berkunjung ke sana, gamelan itupun kemudian dipukulinya betalu-talu dengan tiada henti-hentinya.

Kemudian dimuka gapura masjid, tampillah ke depan podium bergantian para wali memberikan wejangan-wejangan serta nasehat-nasehatnya uraian-uraiannya diberikan dengan gaya bahasa yang sangat menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertaik untuk masuk ke dalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh, artinya dibunyikan itu. dan mereka diperbolehkan masuk ke dalam masjid, akan tetapi terlebih dahulu harus mengambil air wudlu di kolas masjid melalui pintu gapura. upacara yang demikian ini mengandung simbolik, yang diartikan bahwa bagi barang siapa yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian masuk ke dalam masjid melalui gapura (dari Bahasa Arab Ghapura) maka berarti bahwa segala dosanya sudah diampuni oleh Tuhan.

Sungguh besar jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian, tidak hanya dalam lapangan seni suara saja, akan tetapi juga meliputi seni drama (wayang kulit) seni gamelan, seni lukis, seni pakaian, seni ukir, seni pahat. dan juga dalam lapangan kesusastraan, banyak corak batik oleh sunan kalijaga (periode demak) diberi motif “burung” di dalam beraneka macam. sebagai gambar ilustrasi, perwujudan burung itu memanglah sangat indahnya, akan tetapi lebih indah lagi dia sebagai riwayat pendidikan dan pengajaran budi pekerti. di dalam bahasa kawi, burung itu disebut “kukila” dan kata bahasa kawi ini jika dalam bahasa arab adalah dari rangkaian kata : “quu” dan “qilla” atau “quuqiila”, yang artinya “peliharalah ucapan (mulut)-mu.

Hal mana dimaksudkan bahwa kain pakaian yang bermotif kukila atau burung itu senantiasa memperingatkan atau mendidik dan mengajar kepada kita, agar selalu baik tutur katanya, inilah diantaranya jasa sunan kalijaga dalam hal seni lukis. Dalam hubungan ini dibuatnya model baju kaum pria yang diberinya nama baju “takwo”, nama tersebut berasal berasal dari kata bahasa arab “taqwa” yang artinya ta’at serta berbakti kepada Allah SWT.

Nama yang simbolik sifatnya ini, dimaksudkan untuk mendidik kita agar supaya selalu cara hidup dan kehidupan kita sesuai dengan tuntunan agama. Nama Kalijaga menurut setengah riwayat , dikatakan berasal dari rangkaian Bahasa Arab ‘ Qadli Zaka, Qadli – artinya pelaksana, penghulu : sedangkan Zaka – artinya membersihkan. jadi Qodlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya ialah pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama Islam.

Konon kabarnya Sunan Kalijaga itu usianya termasuk lanjut pula, sehingga dalam masa hidupnya, beliau antara lain mengalami tiga kali masa pemerintahan, pertama jaman akhkh Siti Jenar sesungguhnya tak ada disini, yang ada hanyalah Tuhan yang Sejati.
ujarnya pula :

“Awit seh lemang bang iku, wajahing pangeran jati. nadyan sira ngaturana, ing pangeran kang sejati, lamun Syekh Lemah Bang ora, mansa kalakon yekti”

Artinya :
Oleh karena Syekh Siti Jenar itu sesungguhnya adalah wajah wujudnya Tuhan sejati, meskipun engkau menghadap kepada Tuhan yang sejati, manakala siti jenar tidak, maka tidaklah hal itu akan terlaksana. pada waktu Maulana Maghribi memberi wejangan bahwa yang disebut Tuhan Allah Sejati itu Wajibul Wujud (kang aran Allah jatine, wajibul wujud kang ana), maka Syekh Siti Jenar pun menjawablah, katanya :

“Aja ana kakehan semu, iya ingsun iki Allah, nyata ingsun kang sejati, jejuluk Prabu Satmata, tan ana liyan jatine, ingkang aran bangsa Allah”

Artinya :
jangan kebanyakan semu, saya inilah Allah. saya sebetulnya bernama Prabu Satmata, dan tiadalah yang lain dengan nama Ketuhanan. Oleh karena segala ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar ini dipandang sangat membahayakan kepada rakyat, maka akhirnya beliau pun dihukum mati oleh para wali. Jikalau kita ikuti segala ucapan-ucapan Siti Jenar tersebut di atas, maka hal itu mengingatkan kita kepada ajaran-ajaran dan ucapan-ucapan salah seorang misticus yang masyhur, yaitu Al Hallaj (858-992). sebagaimana diketahui, Al Hallaj pernah berkata:
“Annal haqq” artinya : “sayalah kebenaran yang sejati itu”

kemudian katanya pula :
“wa’ma fi jubbati illa-lah” artinya “dan tidak ada yang dalam jubah , melainkan Allah”.

Disamping itu al hallaj juga pernah mengatakan :
“Telah bercampur rohmu dalam rohku, laksana bercampurnya chamar dengan air jernih bila menyentuhi akanmu sesuatu, tersentuhlah aku, sebab itu engkau adalah aku”

Dalam segala hal demikianlah pandangan hidupnya. ucapan dan ajarannya inilah yang mengakibatkan dia dihukum mati di atas tiang gantungan, karena dianggap berbahaya dan menyesatkan oleh pemerintah Bagdad. kedua ahli mistik, baik Al Hallaj maupun Syekh Siti Jenar fahamnya condong kepada ajaran pantheisme, kesatuan antara makhluk dengan khalik Maha Penciptanya. dan keduanya pun mengalami pula nasib yang sama, karena mereka harus menebus keyakinan hidupnya dengan hukuman mati.

Kemudian kita dapati pula ucapan Siti Jenar yang lain, yang tampak isinya lebih mengutamakan hakekat daripada syari’at, katanya :

“Sahadat salat puwasa kawuri, apa dene jakat lawan pitrah, ujar iku dora kabehm nora kena ginugu, Islam tetep durjaning budi, ngapusi kyehning titah, sinung swarga besuke, wong bodo kanur ulama, tur nyatane pada bae ora uning, beda syekh siti jenar.”

Selanjutnya berkatalah Syekh Siti Jenar :
“Tan mituhu salat lawan dikir, jengkang-jengking neng masjid ting krembyah, nora nana ganjarane, yen wus ngapal batukmu, sejatine tanpa pinanggih, neng dunya bae pada susah amemikul, lara sangsaya tan beda, marma siti jenar mung madep wajidi, gusti dat roning kamal”.

Demikianlah antara lain pandangan hidup serta ajaran-ajaran dari Syekh Siti Jenar. Dalam riwayat dikatakan bahwa murid Syekh Siti Jenar adalah : Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Pengging, Pangeran Panggung, Ki Lontang.

Menengok konflik Masa Lalu

Biasanya, konflik yang terjadi di kalangan ulama -terutama ulama jaman dahulu, lebih banyak diakibatkan karena persoalan (rebutan pengaruh) politik. Tidak hanya terjadi pada era kiai-ulama masa kini, tapi sejak jaman Wali Songo-pun, konflik seperti itu pernah terjadi. Bahkan, sejarah Islam telah mencatat bahwa jenazah Muhammad Rasulullah SAW baru dimakamkan tiga hari setelah wafatnya, dikarenakan para sahabat justru sibuk rebutan soal posisi khalifah pengganti Nabi (Tarikh Ibnu Ishak, ta’liq Muhammad Hamidi). Di era Wali Songo -kelompok ulama yang “diklaim” oleh NU sebagai nenek-moyangnya dalam perihal berdakwah dan ajarannya, sejarah telah mencatat pula terjadinya konflik yang “fenomenal” antara Wali Songo (yang mementingkan syari’at) dengan kelompok Syekh Siti Jenar (yang mengutamakan hakekat). Konflik itu berakhir dengan fatwa hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dan pengikutnya. Sejarah juga mencatat bahwa dalam persoalan politik, Wali Songo yang oleh masyarakat dikenal sebagai kelompok ulama penyebar agama Islam di Nusantara yang cukup solid dalam berdakwah itu, ternyata juga bisa terpolarisasi ke dalam tiga kutub politik; Giri Kedaton (Sunan Giri, di Gresik), Sunan Kalijaga (Adilangu, Demak) dan Sunan Kudus (Kudus). Kutub-kutub politik itu memiliki pertimbangan dan alasan sendiri-sendiri yang berbeda, dan sangat sulit untuk dicarikan titik temunya; dalam sidang para wali sekalipun. Terutama perseteruan dari dua nama yang terakhir, itu sangat menarik. Karena pertikaian kedua wali tersebut dengan begitu gamblangnya sempat tercatat dalam literatur sejarah klasik Jawa, seperti: “Babad Demak”, “Babad Tanah Djawi”, “Serat Kandha”, dan “Babad Meinsma”.

Lagi-lagi, konflik itu diakibatkan karena persoalan politik. Perseteruan yang terjadi antara para wali itu bisa terjadi, bermula setelah Sultan Trenggono (raja ke-2 Demak) wafat. Giri Kedaton yang beraliran “Islam mutihan” (lebih mengutamakan tauhid) mendukung Sunan Prawata dengan pertimbangan ke-’alimannya. Sementara Sunan Kudus mendukung Aryo Penangsang karena dia merupakan pewaris sah (putra tertua) dari Pangeran Sekar Seda Lepen (kakak Trenggono) yang telah dibunuh oleh Prawata (anak Trenggono). Sedangkan Sunan Kalijaga (aliran tasawuf, abangan) mendukung Joko Tingkir (Hadiwijaya), dengan pertimbangan ia akan mampu memunculkan sebuah kerajaan kebangsaan nusantara yang akomodatif terhadap budaya.

Sejarah juga mencatat, konflik para wali itu “lebih seru” bila dibandingkan dengan konflik ulama sekarang, karena pertikaian mereka sangat syarat dengan intrik politik yang kotor, seperti menjurus pada pembunuhan terhadap lawan politik. Penyebabnya tidak semata karena persoalan politik saja, tapi di sana juga ada hal-hal lain seperti: pergesekan pengaruh ideologi, hegemoni aliran oleh para wali, pengkhianatan murid terhadap guru, dendam guru terhadap murid, dan sebagainya.

Bahkan, De Graaf, seorang sejarawan Jawa dari Belanda, dengan begitu beraninya menilai konflik di antara para wali itu bukan hanya masalah hubungan antara guru dan murid belaka. Bukan pula harus selalu dilihat dari segi spiritualnya, tapi sekolah agama dari para wali itu bisa juga dilihat sebagai sebuah konsentrasi politik. Para wali yang terlibat konflik itu sesungguhnya tidak membatasi diri pada ajaran spiritual saja, tetapi juga memposisikan dirinya sebagai ahli politik sejati, yang (terlalu) banyak ikut campur tangan terhadap persoalan negara. Seperti misalnya, seseorang yang menjadi raja, berhak menyandang gelar “Sultan” bila telah mendapatkan “restu” dari Giri Kedaton. Model pola hubungan ulama-umara seperti ini yang kemudian menjadi benih-benih pertikaian di antara wali sendiri.

Begitupun ketika pusat pemerintahan pindah dari Pajang ke Mataram. Sunan Kudus “berbelok arah” mendukung kubu Demak (Aria Pangiri, putra Sunan Prawata [kubu yang sebelumnya dilenyapkan Arya Penangsang, jagoan Sunan Kudus]) untuk menguasai Pajang, mengusir Pangeran Benawa (putra Sultan Hadiwijaya). Sementara Sunan Kalijaga mendukung keturunan Pamanahan (Ki Gede Mataram) untuk mendirikan kerajaan baru yang bernama Mataram.

Tidak hanya berhenti di situ. Konflik politik para wali itu terus berlanjut hingga akhir hayat mereka. Hingga anak cucu generasi mereka selanjutnya. Dan lebih memprihatinkan lagi, ketika Sunan Amangkurat I (Raja Mataram ke-5, putra Sultan Agung Hanyokrokusumo) membantai secara keji 6000 ulama ahlussunnah wal jama’ah di alun-alun Mataram, dengan alasan “mengganggu keamanan negara”. Ini adalah sebagai bukti adanya imbas yang berkepanjangan dari perseteruan ideologi para wali di era sebelumnya -di samping juga karena faktor politik yang lain. Dan, gesekan-gesekan aliran keagamaan (ideologi) seperti itu, di kemudian hari terus berlanjut, seolah-olah telah menjadi sebuah “warisan” masa kini.

Langkah Jin Meniduri Wanita serta Langkah Menghindarinya


Langkah Jin Meniduri Wanita serta Langkah Menghindarinya
Harusnya jadi kesadaran untuk kita untuk mewaspadai permasalahan jin atas wanita-wanita muslimah. Oleh karenanya izinkan saya menjelaskan beberapa hal yang sangat riskan untuk wanita atas kejahatan jin itu.

Perlu di kenali, wanita yakni mangsa empuk untuk jin maupun dukun untuk melampiaskan kejahatannya. Wanita lebih mudah kesurupan, di santet, dan disihir oleh dukun. Dan itu lebih riskan bila dalam kondisi haidh, ditambah lagi kondisi lahir dan batin yg tidak bersih.

Rasul bersabda, waktu wanita keluar rumah jadi setan akan menghiasi mereka depan dan belakang. Depan di bagian muka dan belakang di bagian pinggul. Oleh karenanya kenapa wanita disebut akan mendatangkan fitnah waktu keluar tempat tinggal, dianjurkan untuk mrka agar gunakan baju tutup dan berdoa dan berzikir agar setan tidak menghiasi mereka dan tidak memudharatkan mereka.

Jin sangat sukai lihat aurat, dan itu ditambah lagi untuk wanita. Waktu Rasul pulang kerumah dari gua Hira, Khatijah buka pakaian beliau dan ajukan pertanyaan apakah makhluk (jibril) tetap masih ada? Apabila tidak jadi itu malaikat jika ada jadi itu setan. Karena setan sukai lihat aurat manusia. Tengah Rasul dalam kondisi ketakutan waktu itu. Dan jibril telah pergi.

Begitu juga dgn wanita, optimis membaca doa (minimal Bismillah) waktu buka aurat, tentu Allah akan berikan hijab sampai alam ghaib tak dapat melihatnya.

Begitu juga waktu masuk WC/Kamar Mandi/Toilet. Disebtkan dalam hadits kalau tempatnya jin disana. Olehkarenanya, optimis tidak lupa untuk membaca doa masuk wc agar Allah menghijabkannya apabila anda tidak mau di plototin oleh jin selama anda didalam tempat itu. Jin hidup di tempat2 kotor. Termasuk juga segi tubuh manusia. Apabila tidak teratasi dan ditinggalkan kotor jadi di yakinkan jin berhinggap disana.

Ukuran jin itu bermacam jenis. Waktu kita memaki ia akan tumbuh besar dan waktu kita berzikir ia akan mengecil. Pastika tubuh anda terbangun dari kotoran dan najis dan buat jadi ia selalu wangi. Catat menguap tutup mulut anda dan tahan agar tidak berjumpara. Karena dengan menguap jin mudah masuk dan bersarangdidalam


tubuh.
-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-align: justify;">
Jauhi perkara2 y menghibur setan seperti bersuara saat menguap dan bersiul. Optimis waktu keluar tempat tinggal anda tidak sendirian dan tidak berdua2an dengan tidaklah mahram. Karena jin ada pada mereka.

Apabila anda sudah berkeluarga, optimis waktu berjimak tidak lupa membaca doa (minimal bismillah). Supaya jin dan setan tidak ikut dan dalam hubungan anda. Karena jin mungkin saja meniduri/menzinai anda/istri anda. Itu karena jin juga memiliki nafsu seperti manusia. Sama dengan nafsunya manusia lihat jin yang memikat hati karena bentuk rupanya yang mengundang syahwat.

– jangan sampai mandi dalam kondisi terbuka (telanjang) – jangan sampai mandi selepas petang- jangan sampai tidur dlam kondisi terbuka (telanjang) /pakaian yg minim- jangan sampai tidur telentang, sebaiknya tidur menyamping (sprti sunnah rasulullah) – jangan sampai tidur setelah ashar sampai habis mahrib- jangan sampai tidur di ruang tamu

Saat anda (wanita) tidur, janganlah lupa membaca doa. Itu agar anda selamat dari kejahatan (diperkosa) oleh kelompok jin laki2. Apabila anda merasa ditindih jin jadi selekasnya bertaawudz dan memohon pertolongan krn mungkin saja saja anda tengah dicabuli setan.

Perlu anda ketahui, seperti pengalaman dri narasi yang ada. Kalau jin sangat gemari dengan wanita cantik. Banyak kita jumpai kejadian wanita kesurupan karena jin yang merasukinya itu cinta padanya. Jin itu akan mengikutinya dimana saja ia pergi. Optimis anda selalu memproteksi diri dengan membaca ayat kursi ba’da maghrib, subuh dan sebelum tidur.
Lantas membaca doa sebelum makan dan minum.

Apabila anda anak kos, waktu masuk jangan sampai lupa salam dan doa. Itu supaya rumah anda tidak dihuni jin lelaki dan supaya tidak memudharatkan anda. Optimis anda lakukan shalat dan tilawah quran didalamnya.
Jangan sampai pernah kedukun dan memakai pelet. Sering-seringlah meruqyah diri sendiri atau Pergilah minimal 6 sekali ke praktisi ruqyah syariyah untuk memberikan keyakinan dan agar jin yang memudharatkan anda itu pergi atau musnah.
Kemudian janganlah lupa membaca basmalah pada setiap perkerjaan supaya anda terlindungi dari kejahatan…

http://www.infosolusihebat.com/2016/02/awas-mohon-sebarkan-info-peting-ini.html


Menggapai keikhlasan Hati



Peran hati bagi seluruh anggota tubuh ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua bekerja berdasarkan perintahnya dan tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah istiqomah dan penyelewengan ada. Hati adalah raja, sedangkan seluruh tubuh adalah pelaksana titah-titahnya. Hati yang selamat adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat dan syubhat, sedangkan hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Robb-nya, siapa Nabinya dan apa agamanya. Hati seperti ini selalu berjala bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi sehingga amal perbuatannya hanyalah mengharapkan pujian dan perhatian orang lain. Ikhlas merupakan sifat terpuji dalam hati yang akan menghiasi perilaku seorang Muslim. Segalanya karena Alloh dan untuk-Nya semata. Ikhlas adalah perhiasan hati yang akan menyelamatkan seseorang dari keruhian akhirat, tanpa ikhlas amal perbuatan akan sia-sia tiada guna. Ikhlas artinya memurnikan amal dari setiap noda yang mengotori. Dengan kata lain, menjadikan Alloh sebagai satu-satunya tujuan dalam segala amal perbuatan dan perkataan, baik lahir maupun batin. Mukhlis atau orang yang ikhlas adalah orang yang tidak peduli apabila manusia tidak memberikan penghargaan kepadanya, karena kejujuran hatinya kepada Alloh. Ia pun tidak suka bila orang lain memperhatikan amalnya sekecil apapun. Sesungguhnya pondasi terbesar dan terpenting dalam agama Islam adalah mewujudkan keikhlasan kepada Alloh dalam melaksanakan berbagai aktivitas peribadatan kepada-Nya serta menjauhkan diri dan berhati-hati dari lawan dan musuh keikhlasan tersebut, seperti riya, sum’ah, ujub dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka sangatlah perlu mengetahui urgensi dan pentingnya ikhlash. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai amal perbuatan hati yang terpenting
Ikhlas merupakan amalan hati yang sangat penting, yaitu sebagai dasar dan syarat diterimanya amal dan perbuatan. Tanpa ikhlas, seseorang akan tersesat dan menjadi orang-orang yang merugi. Sebaliknya, dengan ikhlas amal perbuatan akan menjadi agung disisi Alloh sekalipun amal itu sepele dalam pandangan orang lain. Ibnu Qayyim berkata: “Amal perbuatan hati adalah dasar dan perbuatan, anggota badan merupakan pengikut dan penyempurna saja, dan sesungguhnya niat itu bagaikan ruh sedangkan amal perbuatan bagaikan jasad”. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rosululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh tidak memandang kepada jasad-jasad dan rupa-rupa kalian, akan tetapi Dia memandang kepada hati dan amal-amal kalian”. (HR. Muslim)
2. Syarat diterimanya ibadah Ikhlas adalah syarat diterimanya amal ibadah yang dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rosululloh.
Tanpa ikhlas peribadatan hanya bagaikan debu yang berterbangan. Sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk memperhatikan keikhlasan dalam beramal. Janganlah ia melelahkan dirinya dengan memperbanyak amal, namun tiada guna dan arti. Sebab, boleh jadi seseorang memperbanyak amal ketaatan namun hanya akan memperoleh kelelahan di dunia dan adzab di akhirat. Allah berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.(QS. Al-Bayyinah : 5) Rosululloh bersabda: “Barang siapa yang mencari suatu ilmu yang seharusnya hanya untuk mengharapkan wajah Alloh semata, tetapi ia mempelajarinya untuk mencari perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wanginya surga pada hari Kiamat kelak.”(HR. Abu Dawud) Imam al-‘Izz bin ‘Abdis Salam berkata: “Ikhlas dalam beribadah adalah syarat (diterimanya ibadah).” Syaikh Shiddiq Hasan Khan juga berkata: “Tidak ada perbedaan pendapat, bahwa ikhlas merupakan syarat sah dan diterimannya amal perbuatan”.
3. Benteng dari bujukan setan
Ketahuilah! Sesungguhnya setan adalah musuh nyata bagi mausia. Alloh berfirman: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), Karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu Hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.(QS. Fathir : 6) Setan dan bala tentaranya berusaha keras untuk menjerumuskan umat manusia dari jalan Alloh. Setan memiliki bujukan maut guna menjerat manusia agar menjadi penghuni neraka jahannam bersamanya. Alloh telah menjelaskan kepada manusia beberapa tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) agar mereka tidak terperangkap oleh bujukan setan. Salah satunya adalah dengan ikhlas dalam beramal. Ikhlas buka hanya sebagai amalan hati yang mendapatkan kedudukan tinggi disisi Alloh dan paling utama, juga sebagai benteng orang Muslim dari bujuk rayu setan dan dari fitnah orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Setan tidak akan mampu membobol benteng seorang Mukmin yang beribadah dengan ikhlas. Alloh berfirman: “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”.(QS. Shad : 82-83).
4. Akhlak orang-orang mulia Para salafush shaleh sangat memperhatikan niat ikhlas mereka dan saling memberikan wasiat antara satu dan lainnya untuk senantiasa mengikhlaskan niat dalam setiap amal yang mereka lakukan.
‘Umar bin al-Khathtab pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari yang isinya antara lain: “Barang siapa yang niatnya ikhlas karena Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan dirinya apa-apa yang menjadi milik orang lain.” Dan juga sebagaimana yang sudah masyur bahwa para salafush shaleh selalu memulai kitab-kitabnya dengan hadits, “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya”. Hal ini sebagai bentuk pengingatan kepada para pembaca kitab, khususnya untuk mengikhlaskan niat. Imam ‘Abdur Rahman bin Mahdi berkata: “Barang siapa yang ingin mengarang suatu kitab, maka hendaknya ia memulai tulisannya dengan hadits ini.”





Senin, 04 April 2016

Tahukahh anda dosa besar yg tak terampuni, baca selengkapnya....



Tahukahh anda dosa besar yg tak terampuni, baca selengkapnya....



Allah SWT tidak hanya Maha "Ghafuur" (pengampun) tapi juga Maha "Afuwwun" (penghapus) terhadap segala macam dosa (Q.S. Az-Zumar : 53) di mana bila Dia berkenan mengampuni dosa seseorang, maka dihapuslah seluruh dosa dari diri orang tersebut. Sehingga yang bersangkutan tak ubahnya orang yang tidak pernah berbuat dosa (Hadits).

Prinsip ini berlaku bagi segala jenis dosa, terkecuali, "kufur" dalam berbagai bentuknya, di antaranya "syirik", yang apabila seseorang sampai wafatnya tidak bertaubat, maka Allah SWT tidak akan pernah mengampuninya (Q.S. An Nisaa' : 48, 116) yang bersangkutan terancam abadi di Neraka Jahannam, sedetik pun tidak akan berjumpa dengan Allah SWT yang hanya berkenan menjumpai hamba-hamba-Nya yang ada si surga (Q.S. Al Kahfi : 110, Al Maa-idah, 72)

Yang dimaksud "syirik" di sini, tentu saja tidak sebatas menyekutukan Dzat Allah SWT semata, sebab apalah artinya bila Allah SWT di-Esa-kan dalam Dzat-Nya, tapi tidak di-Esa-kan dalam sifat, aturan dan hukum-hukum-Nya ? Umumnya orang-orang musyrik sejak zaman Nabi Nuh As sampai saat ini meyakini Allah SWT dari sisi "Tauhid Rububiyyah" (Esa-nya Allah sebagai pencipta, pemelihara dam pendidik) yang membuat mereka kemudian tergelincir ke dalam kemusyrikan adalah dari sisi "Tauhid Uluuhiyyah" (Esa-nya Allah sebagai Dzat satu-satunya yang berhak disembah dalam ibadah secara integral).

Firman Allah SWT : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?, niscaya mereka akan menjawab, semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui' (Q.S. Az Zukhruf : 9). "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab : "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah) ?" (Q.S. Az Zukhruf : 87). Dengan kata lain, men-"Tauhid" (Esa) kan Allah SWT dalam pengabdian merupakan ujian terberat dalam mempertahankan dan mengembangkan fitrah iman dan Islam (Q.S. Al A'raaf : 172; Ar Ruum : 30). "Fitrah" dalam pengertian "suci" dari kekufuran dan kemusyrikan, dan dari segala dosa.

Ibadah yang dimaksud tentunya tidak sebatas ibadah “mahdhah” semata, tapi mencakup segala keterikatan dan keterkaitan hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Al Khalik seperti rasa cinta, takut, permohonan perlindungan, berdoa, bertawakkal, berharap, ruku, sujud, shalat, shaum, thawaf, berqurban, haji dan lain sebagainya. Termasuk syirik tentunya, yang berkeyakinan bahwa ada selain Allah SWT yang memiliki hak menetapkan aturan dan hukum. Menghalalkan yang diharamkan Allah SWT dan atau sebaliknya menetapkan undang-undang dan hukum, menghalalkan zina, riba, membuka 'aurat. Menetapkan hukum yang nyata-nyata bertentangan dengan hukum pidana Islam seperti potong tangan bagi pencuri, dera atau rajam bagi pezina, qishash bagi pembunuh dan sebagainya. Atau mengubah ketentuan-ketentuan syara' dalam masalah zakat, waris, nikah dan sebagainya (An Nisaa' : 61; Asy-Syuara : 21)

Setiap mu'min harus ekstra hati-hati dalam berprinsip, berucap, bersikap dan bertindak agar tidak terjerumus dalam kemusyrikan, Rasulullah Saw lebih jauh mengingatkan bahwa kemusyrikan tidak hanya hadir dalam bentuk yang eksplisit seperti dalam beberapa contoh tersebut di atas, tapi juga dalam bentuk sesuatu yang saking samarnya membuat seseorang tidak menyadari bila dirinya telah musyrik. Seperti tidak sadarnya seseorang bila di hadapannya terdapat seekor semut hitam karena semut itu berada di atas batu hitam dalam ruangan yang gelap pada malam hari (HR. Ahmad)

Memang benar, kecil kemungkinan ada seorang mu'min yang selain menyembah Allah SWT juga menyembah berhala dalam bentuk patung, misalnya, tapi kiranya masih ada orang yang mengaku mu'min mendatangi kuburan atau tempat-tempat yang dikeramatkan lalu mereka berdo'a dan meminta-minta berkah kepada arwah-arwah yang tentu saja, "laa haula walaa quwwata illa billah". Jangankan telah mati, ketika masih hidup sekalipun seseorang tidak bisa memberi manfaat atau mudharat kepada orang lain. Jangankan manusia biasa, bahkan Rasulullah Saw sebagai hamba Allah yang paling dekat dengan Allah SWT diperintahkan untuk mengingatkan ummatnya bahwa dirinya tidak memiliki kekuasaan sedikit pun untuk memberi manfaat atau mudharat tanpa izin Allah SWT (Q.S. Al A'raaf : 188).



Kendati Allah SWT sudah dengan tegas sekali menyatakan, tidak ada satu "Nafs (jiwa) pun, baik manusia, jin maupun malaikat yang dapat memastikan apa yang akan terjadi (Q.S. Luqman : 34). Kenyataan yang kita saksikan masih ada saja sementara orang yang mendatangi paranormal, dukun atau apalah namanya, lalu ia meyakini betul akan kebenaran ramalannya, padahal Rasulullah Saw sudah mengingatkan, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau paranormal, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, dan ia meyakini kebenaran ramalan sang dukun, maka sungguh ia telah kufur dengan (ajaran Islam) yang diturunkan kepada Muhammad (HR. Ahmad dan Al hakim). Paling tidak, ia telah mengkufuri Q.S. Luqman 34, dan kufur terhadap satu ayat Al Qur'an berakibat gugurnya keimanan secara keseluruhan, seperti gugurnya 80 ribu tahun keimanan Iblis hanya karena kufur terhadap satu perintah Allah SWT

Ironis memang, nilai-nilai kemusyrikan itu kini bahkan telah lama masuk ke dalam rumah-rumah kita lewat berbagai tayangan di televisi. Tayangan-tayangan tersebut tidak hanya saja menyesatkan akidah, tapi juga membodoh-bodohi ummat, menggiring para pemirsa untuk tidak lagi menggunakan akal sehat di dalam menghadapi realitas hidup dan kehidupan. Celakanya, tayangan-tayangan tersebut dikemas dengan memakai atribut-atribut Islam, sementara yang ditayangkan 180 derajat bertentangan dengan ajaran Islam dan nalar sehat. Semoga akhir hidup kita dapat terhindar dari dosa, terlebih lagi dengan dosa-dosa yang tidak terampuni. 

(Lima) Perkara yang Dapat Meningkatkan Iman Seseorang


5 (Lima) Perkara yang Dapat Meningkatkan Iman Seseorang

Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang atau bahkan hilang tanpa bekas dari diri seseorang. Al-Imam Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah. Beliau menjawab: “Betul (bertambah), sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi: “Apakah bisa berkurang?” Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”

Demikian pula Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab: “Iman bertambah sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh.” Beliau juga menyatakan: “Iman itu (terdiri atas) ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan, maka iman akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka iman pun akan berkurang.“

Nah, inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu, yakni meyakini bahwa sesungguhnya iman seseorang itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Setelah kita tahu bahwa ternyata iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin untuk menjaga kualitas imannya? Al Imam Allamah Abdurrahman bin Nashr As Sa’di rahimahullah mengatakan: “Seorang mukmin yang diberi taufiq oleh Allah Ta’ala, dia senantiasa berusaha melakukan dua hal: Pertama, memurnikan keimanan dan cabang-cabangnya, dengan cara mengilmui dan mengamalkannya. Kedua, berusaha untuk menolak atau membentengi diri dari bentuk-bentuk ujian (cobaan) yang tampak maupun tersembunyi yang dapat menafikannya (menghilangkannya), membatalkannya atau mengikis keimanannya itu.” (At Taudhih wal Bayan lisy Syajarotil Iman, hal 38).

Saudaraku muslimin, ketahuilah! Ada beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan bertambahnya iman seseorang, di antaranya adalah:

Pertama: Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi kandungan) Al Quranul Karim. Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya kuat dan bertambah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang orang-orang mukmin yang berbuat demikian: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman bereka, dan kepada Rabb mereka itulah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal [8]: 2)

Al Imam Al Ajurri rahimahullah berkata: “Barangsiapa mentadabburi Al Quran, dia akan mengenal Rabb-nya Azza wa Jalla dan mengetahui keagungan, kekuasaan dan qudrah-Nya serta ibadah yang diwajibkan atasnya. Maka dia senantiasa melakukan setiap kewajiban dan menjauhi segala sesuatu yang tidak disukai maulanya (yakni Allah Ta’ala).“

Kedua: Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak dari berbagai segi. Bila seorang hamba mengenal Rabbnya dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari jalan orang-orang yang menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman. Karena seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang yang paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fathir [35]: 28). Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya hamba yang benar-benar takut kepada Allah adalah ulama yang mengenal Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/533).

Ketiga: Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta perangainya yang mulia.

Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: “Dari sini kalian mengetahui sangat pentingnya hamba untuk mengenal Rasul dan apa yang dibawanya, dan membenarkan pada apa yang beliau kabarkan serta mentaati apa yang beliau perintahkan. Karena tidak ada jalan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan untuk mengetahui baik dan buruk secara mendetail kecuali darinya.Maka kalau seseorang memperhatikan sifat dan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al Quran dan Al Hadits, niscaya dia akan mendapatkan manfaat dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi kuat, dan bertambah cintanya kepada beliau. Itu adalah tanda bertambahnya keimanan yang mewariskan mutaba’ah dan amalan sholih.”

Keempat: Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam. Ketahuilah, sesungguhnya ajaran Islam itu semuanya baik, paling benar aqidahnya, paling terpuji akhlaknya, paling adil hukum-hukumnya. Dari pandangan inilah Allah menghiasi keimanan di hati seorang hamba dan membuatnya cinta kepada keimanan, sebagaimana Allah memenuhi cinta-Nya kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat QS. Al Hujurat [49]: 7)

Maka iman di hati seorang hamba adalah sesuatu yang sangat dicintai dan yang paling indah. Oleh karena itu seorang hamba akan merasakan manisnya iman yang ada di hatinya, sehingga dia akan menghiasi hatinya dengan pokok-pokok dan hakikat-hakikat keimanan, dan menghiasi anggota badannya dengan amal-amal nyata (amal sholih). (At Taudhih wal Bayan, hal 32-33)

Kelima: Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih. Yang dimaksud Salafush Shalih di sini adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orangyang mengikuti mereka dengan baik (lihat QS. At Taubah [9]: 100). Barangsiapa membaca dan memperhatikan perjalanan hidup mereka, akan mengetahui kebaikan-kebaikan mereka, akhlak-akhlak yang agung, ittiba’ mereka kepada Allah, perhatian mereka kepada iman, rasa takut mereka dari dosa, kemaksiatan, riya’ dan nifaq, juga ketaatan mereka dan bersegera dalam kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya ibadah mereka kepada Allah dan sebagainya.

Dengan memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi kuat dan timbul keinginan untuk menyerupai mereka dalam segala hal. Sebagaimana ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Barangsiapa lebih serupa dengan mereka (para shahabat Rasulullah), maka dia lebih sempurna imannya.” (lihat Kitab Al Ubudiyah, hal 94). Dan tentunya, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.

Itulah beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan bertambahnya keimanan. Adapun hal-hal yang dapat melemahkan iman seseorang adalah sebaliknya, di antaranya: Kebodohan terhadap syari’at Islam, lalai, lupa dan berpaling dari ketaatan, melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar, mengikuti hawa nafsu dan sebagainya.

Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa diberi tambahan iman, dan dijauhkan dari kelemahan dan kehinaan. Wallahul musta’an.



Diarsipkan pada: https://qurandansunnah.wordpress.com/

Minggu, 03 April 2016

Kelembutan Rasulullah Dapat Meluluhkan Hati Yang Benci

Kelembutan Rasulullah Dapat Meluluhkan Hati Yang Benci



Betapa Ucapan Dan Sapaan Lembut dapat meluluhkan Hati seseorang yang membenci. Inilah salah satu Mukzijat Rasulullah. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi kita. Bahwa kita pun dapat membuat orang luluh dikarenakan Kelembutan dan sapaan yang kita berikan pada saudara kita. Meskipun ia sangat membenci kita.

Kali saya akan mengajak anda untuk merenung dari sebuah nukilan kisah tentang Kelembutan Rasulullah Yang meluluhkan hati seorang sangat benci terhadapnya.

Fadlalah bin Umair memang sangat  terlihat jelas kebencian di raut wajahnya. Sebuah dendam yang mendalam dari sorot matanya yang tajam. dia selalu membututi dan siap menyerang kapan pun. Dalam pikirannya sudah direncanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW. Desah napasnya begitu membuncah.

Ia mengintai Nabi yang sedang bertawaf di Baitullah Al-Haram. Perlahan ia mendekati Rasullullah, wajahnya tampak tak tenang dengan sorot kebencian memancar dari matanya. Semakin dekat dengan Rasulullah membuat jantungnya berdegup kencang. Nafsu ingin menghabisi itu pun semakin mendorong jiwa Fadlalah bin Umair. Namun ketika keduanya sudah dekat, Rasullullah SAW menyapa dengan ramah sekali.

“Bukankah engkau Fadlalah bin Umair?”
Mendengar suara lembut Rasullullah SAW membuat amarah di dada Fadlalah turun. Sapaan ramah Baginda Nabi membuat Fadlalah bin Umair berubah tiba-tiba.
“Benar, Ya Rasululullah,” jawab Fadlalah bin Umair singkat dengan raut wajah bimbang.
“Apa yang engkau bicarakan  dalam hatimu?” Rasululullah SAW menyelidiki raut wajah bingung Fadlalah bin Umair.
“Tidak ada, aku sedang berdzikir mengingat Allah SWT.”  jawab  Fadlalah mengelak dan juga gugup.

Mendengar kata-kata fadlalah bin Umair Nabi Muhammad SAW pun tersenyum, lalu bersabda :
“Beristigfarlah engkau kepada Allah SWT!” Sambil Baginda Nabi menyentuh dada Fadlalah bin Umair. Seketika itu hati pemuda yang ingin membunuh Nabi Muhammad SAW pun hilang sekejap. Fadlalah bin Umair menjadi tenang hatinya dan pedang kebencian itu hilang bersama senyum ramah Baginda Nabi Muhammad SAW.

Fadlalah bin Umair selalu mengingat peristiwa yang membuatnya berubah. Yang akan selalu dikenang dalam sejarah hidupnya. Sikap ramah Baginda Rasullullah SAW dan juga senyum yang membawa kedamaian di hati Fadlalah. Hingga Fadlalah pun berkata:
“Demi Allah, tidaklah Baginda mengangkat tangannya di dadaku, sehingga tidak ada satu pun makhluk Allah yang lebih aku cintai darinya.”

Nabi dicintai oleh umatnya karena budi pekertinya yang baik, keluhuran, sikap santun, selalu bersikap baik terhadap orang-orang yang ingin mendzoliminya, dan senyum yang menentramkan. Akhlak mulia Rasulullah SAW yang selalu membawa kedamaian.

“Senyumanmu pada wajah saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. Tirmidji)

Marilah kita budayakan untuk senyum !! (b.dakwah)

Sifat asah aseh asuh dalam kehidupan

SEJATINING NGAURIP

ASAH - ASUH –ASIH

Perbedaan tidak harus berarti kebencian. Anda boleh berbeda dengan orang lain dalam hal fisik, jenis kelamin, sikap, pendapat, ideology, agama dan keyakinan, suku atau etnis dan sebagainya.  Apakah anda akan membenci semua orang atas dasar perbedaan-perbedaan tersebut?  Karena anda tinggi, maka anda membenci orang pendek. Anda membenci setiap orang yang berbeda pendapat, beda etnis, agama dan sebagainya itu. Kalau benar demikian, maka anda akan membenci semua orang di bumi ini.
‘Sejatining ngaurip’ mengajarkan prinsip asah-asuh-asih dalam perbedaan. Menurut ajaran ini, dengan adanya perbedaan maka kita dapat saling asah (belajar), asuh (perduli) dan asih (menyayangi). Dengan lain perkataan, dengan adaya perbedaan maka kita mempunyai peluang untuk saling belajar satu dengan yang lain, saling perduli dan saling menyayangi.
Dengan adanya perbedaan maka akan ada kebutuhan yang harus dipenuhi dari kedua pihak yang berbeda. Janganlah anda berpendapat bahwa kalau anda pandai maka anda tidak bisa belajar apapun dari si bodoh. Jangan pula berpikir bahwa kalau anda kaya maka anda tidak akan disayangi oleh di miskin. Kalau anda cantik maka anda akan mendapat teman sejati dari orang yang tidak cantik.
Hidup ini merupakan interakasi dari perbedaan. Falsafah Cina yang mengajarkan Yin dan Yang perlu kita simak. Di dunia ini semuanya mempunyai sifat Yin atau Yang. Antara Yin dan Yang terdapat perbedaan bahkan berlawanan sifat. Karena berbeda, Yin dan Yang justru dapat menciptakan sinergi. Daya listrik tercipta karena adanya elemen negatif dan positip. Air mangalir dari tempat tinggi ke tempat rendah dengan mengeluarkan energi. Angin terbentuk karena adanya perbedaan tekanan udara tinggi dan rendah. Dan masih banyak contoh lain.
Kalau anda merasa Yang, maka anda tidak akan bisa hidup bahagia tanpa Yin dan sebaliknya. Artinya kalau anda kaya, anda hanya akan bahagia kalau anda bisa meolong orang miskin dengan kekayaan anda. Kalau anda pandai, anda hanya akan bahagia kalau anda dapat mengajarkan sesuatu kepada yang bodoh. Kalau anda orang beriman, maka anda akan berbahagia kalau anda dapat mengajak orang sesat kembali ke jalan yang benar. Dan seterusnya.
Itulah inti sari ajaran asah-asuh-asih. Kita saling belajar, saling perduli dan saling menyayangi dengan sesamanya, apapun perbedaan yang terdapat antara diri kita dengan orang lain.
Ajaran asah-asuh-asih dapat menghindarkan orang saling membenci, saling bermusuhan dan saling menyakiti karena perbedaan. Kita harus belajar untuk saling mengisi dan bukan saling memanfaatkan perbedaan. Kita harus belajar menciptakan sinergi dari perbedaan dan bukan saling meniadakan.
Perbedaan dapat menciptakan anggapan dalam bahwa ‘saya’ adalah yang lebih baik, lebih benar, lebih cantik, lebih kaya dan sebagainya dari pada orang lain. Rasa lebih yang timbul dengan adanya perbedaan mendorong terjadinya ‘eksklusivisme’, yaitu memisahkan diri dari orang atau kelompok lain karena merasa lebih tadi. Kalau ekskluvisme sudah terbentuk, maka tinggal tunggu waktu untuk terjadi konflik karena eksklusivisme menciptakan kesenjangan, prasangka, kecemburuan dan kebencian.
Ajaran asah-asuh-asih dapat dipastikan akan mencegah terjadinya rasa lebih dari yang lain. Dengan demikian ajaran asah-asuh-asih juga dapat menghidarkan eksklusivisme karena perbedaan tidak mendorong terjadinya kesenjangan, prasangka, kecemburuan dan kebencian. Yang ada hanyalah pengertian, keperdulian dan kasih saya.